Friday, July 28, 2006

Anak

Oleh: KH Husin Naparin Lc MA

ADA pasangan suami-istri ingin mendapatkan anak. Si istri kemudian hamil dan melahirkan. Artinya keduanya mendapatkan anak sesuai keinginan.

Ada pula suami-istri yang ingin sekali mendapatkan anak namun tidak mendapatkannya kendati sudah berobat bermacam-macam.

Selain itu terdapat pasangan yang tidak ingin punya anak, tetapi si istri selalu melahirkan. Suami-istri ini tentunya juga pusing tujuh keliling.

Ini mirip dengan pasangan yang menginginkan anak lelaki namun yang lahir perempuan melulu sehingga cermin di rumah sering pecah karena mereka berebutan ingin bersolek.

Sebaliknya dengan pasangan yang menginginkan anak perempuan, namun yang lahir laki-laki semua sampai mampu membentuk satu kesebelasan sepakbola, kendati tidak mampu berlaga di final piala dunia.

Mengapa? "......Dialah (Allah) yang menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki; atau Dia mengenugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendakiNya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki..." (QS Asy Syura 49-50).

Ada suami tampan bagai Arjuna dan istri cantik bagai Srikandi, tetapi mengapa putranya bagai Petrok. Ada pula suami-istri biasa-biasa saja, tetapi putranya bak matahari dan putrinya seperti bulan purnama.

Mengapa?".....Dialah (Allah) yang membentuk kamu (manusia) dalam rahim sebagaimana yang dikehendakiNya..." (QS Ali Imran 6).

Di dunia, anak menjadi perhiasan hidup dan buah mata (qurratu a’yun). Nabi SAW menyuruh umatnya beranak-pinak. Dikatakannya, seseorang tidak tahu dari anak yang mana ia mendapat rezeki (HR Umar).

Ada seorang ahli shufi yang dikenal dengan panggilan Dzun Nun al Mishri yang pekerjaan sehari-hari mencari ikan dengan jala di Sungai Nil. Dia mempunyai seorang putri yang masih kecil tetapi sudah pandai berbicara.

Anak itu dibawanya di atas sampan kecil karena ibunya sudah meninggal dunia. Jala pun diterbarkan. Ternyata dia mendapatkan seekor ikan besar. Ikan itu diambil oleh Dzun Nun, tetapi oleh putrinya dilepaskan kembali ke air.

"Mengapa kau buang hasil kita hari ini?" tanya Dzun Nun kepada putrinya. Putrinya menjawab, "Aku tidak berani memakan ikan yang berzikir kepada Allah SWT."

Dzun Nun bertanya kembali, "Apa yang harus kita perbuat?" Anaknya menjawab, "Kita bertawakkal kepada Allah."

Keduanya kemudian pulang sambil bertawakkal kepada Allah SWT. Mengherankan, tatkala sampai waktu makan malam, datanglah hidangan yang diantar orang tidak dikenal. Demikian berlalu, setiap kali waktu makan tiba makanan selalu tersedia.

Dzun Nun mengira datangnya makanan itu karena ibadahnya selama ini. Beberapa waktu kemudian putrinya sakit dan meninggal dunia. Sepeninggalnya hidangan tidak pernah datang lagi. Barulah Dzun Nun sadar datangnya makanan selama ini bukan karena amal ibadahnya tetapi karena rezeki putrinya.

Demikianlah, siapa tahu rezeki seseorang yang melimpah ruah, dia dapatkan bukan karena dirinya tetapi karena anaknya.

Di akhirat, anak dapat menaikkan derajat orangtua. Seperti halnya kepegawaian, ada orang yang menduduki golongan satu, dua, tiga atau empat.

Diriwayatkan, di akhirat nanti ada orang golongan dua tetapi masuk daftar golongan empat. Ia pun bertanya kepada Tuhan, "Ya Allah, mengapa hal ini terjadi? Tuhan menjawab, "Tahukah engkau, derajatmu naik karena istigfar dan doa anak-anakmu di dunia setelah kau meninggal (HR Ahmad, Baihaqi dan Ibnu Majah).

Anak mana yang menaikkan pangkat orangtua di akhirat dan bahkan pembawa rezeki di dunia? Jawabnya ialah anak yang tahu siapa Tuhan (Khalik) Penciptanya dan tahu membalas budi orangtuanya dengan istigfar dan doa.

Mereka bukan anak yang lahir hanya membuat jalan-jalan macet, membuat lingkungan menjadi sumpek dan bising karena olahnya.

Karenanya, sudahkah anak-anak anda diberitahu siapa Khalik Pencipta dirinya? Sudahkah anda ajarkan apa tugas mereka sebagai makhluk terhadap sang Khalik? Inilah makna hakiki dan paling mendasar ketika menyambut "Hari Anak Nasional". Anda tidak hanya menjadikan anak-anak anda menjadi "anak Indonesia", tetapi menjadikannya "anak Indonesia yang beriman". Anda tidak hanya menjadikan anak-anak anda menjadi "anak sehat", tetapi menjadikannya "anak sehat lagi shaleh".

Sumber: BanjarmasinPost Jumat, 28 Juli 2006

No comments:

Mac-On-Linux Divider Bar